Situs Berita Kesehatan Gigi Terkini

kahngarrettdds

Month: October 2025

Tips Mengatasi Perasaan Overwhelmed

Tips Mengatasi Perasaan Overwhelmed Saat Tugas Menumpuk

Saat tugas menumpuk dan deadline mendesak, banyak orang merasakan stres yang luar biasa atau overwhelmed. Kondisi ini membuat tubuh terasa lelah, pikiran sulit fokus, dan motivasi menurun.

Perasaan overwhelmed sebenarnya wajar terjadi, tapi jika dibiarkan, bisa mengganggu kesehatan fisik dan mental. Untungnya, ada beberapa strategi sederhana yang bisa diterapkan untuk tetap tenang dan produktif. Tips mengatasi perasaan overwhelmed ini bisa membantu kamu mengelola stres dan menyelesaikan tugas dengan lebih efektif.

1. Buat Daftar Prioritas Tugas

Salah satu penyebab utama overwhelmed adalah ketidakjelasan mengenai tugas yang harus diselesaikan. Membuat daftar prioritas membantu kamu melihat gambaran besar dan menentukan langkah pertama yang paling penting.

Mulailah dengan membagi tugas menjadi kategori: mendesak, penting, dan bisa ditunda. Dengan cara ini, kamu tidak terbebani oleh jumlah tugas, tapi fokus pada penyelesaian langkah demi langkah.

2. Pecah Tugas Menjadi Bagian Kecil

Tugas besar sering membuat kita merasa kewalahan. Solusinya adalah memecahnya menjadi bagian kecil yang lebih mudah ditangani.

Misalnya, daripada berpikir “Saya harus menyelesaikan laporan 20 halaman hari ini”, fokus dulu pada satu bab atau satu subtopik. Dengan menyelesaikan bagian kecil, rasa pencapaian muncul, meningkatkan motivasi, dan perasaan overwhelmed berkurang.

3. Gunakan Teknik Time Blocking

Tips mengatasi perasaan overwhelmed lainnya adalah dengan mengatur waktu secara spesifik menggunakan metode time blocking.

Tentukan jam tertentu untuk setiap tugas, termasuk waktu istirahat. Misalnya, jam 09.00–10.00 fokus menulis, jam 10.00–10.15 istirahat, dan seterusnya. Cara ini membantu otak tetap fokus karena tahu kapan waktunya bekerja dan kapan waktunya istirahat.

4. Prioritaskan Kesehatan Fisik

Tubuh yang lelah dan kurang tidur cenderung membuat pikiran lebih mudah overwhelmed. Pastikan tidur cukup, konsumsi makanan bergizi, dan tetap aktif bergerak.

Olahraga ringan, stretching, atau jalan kaki sebentar bisa meningkatkan energi, mengurangi stres, dan membantu kamu menghadapi tugas menumpuk dengan lebih tenang.

Baca Juga: Bahaya Sering Makan Gorengan yang Jarang Disadari

5. Terapkan Mindfulness dan Teknik Pernapasan

Meditasi singkat, pernapasan dalam, atau latihan mindfulness efektif untuk menenangkan pikiran. Saat overwhelmed, otak cenderung berpikir cepat dan kacau.

Cobalah tarik napas dalam 4 hitungan, tahan 4 hitungan, buang napas 4 hitungan, dan diam 4 hitungan (box breathing). Aktivitas sederhana ini membantu menurunkan kecemasan, membuat fokus lebih jelas, dan memudahkan penyelesaian tugas satu per satu.

6. Batasi Gangguan Digital

Notifikasi dari ponsel, email, atau media sosial bisa memperparah perasaan overwhelmed. Cobalah membuat lingkungan kerja bebas gangguan: matikan notifikasi sementara, gunakan mode fokus, dan tentukan waktu khusus untuk membuka pesan.

Dengan mengurangi gangguan, pikiran lebih tenang, produktivitas meningkat, dan perasaan overwhelmed bisa diminimalkan.

7. Jangan Ragu Meminta Bantuan

Terlalu banyak tanggung jawab sendirian bisa memicu overwhelmed. Belajar meminta bantuan atau delegasi tugas adalah strategi efektif.

Misalnya, minta rekan kerja untuk membantu sebagian tugas, atau minta saran dari teman yang berpengalaman. Dukungan sosial tidak hanya meringankan beban, tapi juga memberi perspektif baru tentang cara menyelesaikan tugas lebih efisien.

8. Gunakan Teknik Reward untuk Motivasi

Memberi penghargaan pada diri sendiri setelah menyelesaikan tugas kecil membantu meningkatkan motivasi. Misalnya, setelah menuntaskan satu subtopik, istirahat sejenak sambil minum teh atau mendengarkan musik favorit.

Reward ini membantu otak merasa dihargai, memicu hormon endorfin, dan membuat kamu lebih siap menghadapi tugas berikutnya tanpa terbebani rasa overwhelmed.

9. Atur Lingkungan Kerja yang Nyaman

Lingkungan yang berantakan bisa memperburuk perasaan overwhelmed. Pastikan meja kerja rapi, pencahayaan cukup, dan udara segar masuk.

Kebersihan dan keteraturan fisik seringkali membantu menenangkan pikiran. Dengan lingkungan yang nyaman, fokus lebih mudah dipertahankan dan penyelesaian tugas menjadi lebih efisien.

10. Evaluasi dan Refleksi Harian

Setelah hari selesai, lakukan refleksi: apa yang sudah dicapai, apa yang bisa diperbaiki, dan rencana untuk hari berikutnya. Aktivitas ini membantu pikiran lebih terstruktur, mencegah penumpukan tugas di hari berikutnya, dan mengurangi perasaan overwhelmed di masa depan.

Bahaya Sering Makan Gorengan

Bahaya Sering Makan Gorengan yang Jarang Disadari

Kenapa Gorengan Begitu Susah Ditolak?

Kalau ngomongin makanan yang paling gampang bikin ngiler, gorengan pasti ada di daftar teratas. Dari pisang goreng, tempe mendoan, tahu isi, sampai bakwan — semuanya punya satu kesamaan: renyah di luar, lembut di dalam, dan bikin nagih.

Tapi di balik kelezatannya, gorengan menyimpan sisi gelap yang sering kita abaikan. Banyak orang tahu kalau gorengan nggak sehat, tapi tetap sulit berhenti. Kenapa? Karena gorengan punya efek “comfort food” — rasanya gurih, hangat, dan bikin mood naik seketika.

Sayangnya, tubuh kita nggak selalu sekuat selera kita. Terlalu sering makan gorengan bisa memicu berbagai gangguan kesehatan, bahkan yang nggak langsung terasa. Inilah yang membuat bahaya sering makan gorengan jadi hal yang penting banget untuk disadari sejak dini.

Kandungan Tersembunyi di Balik Kelezatan Gorengan

Saat kamu beli gorengan di pinggir jalan, mungkin kamu nggak sadar minyak yang dipakai sudah dipanaskan berkali-kali. Nah, di situlah sumber masalahnya. Minyak yang digunakan berulang kali akan mengalami proses oksidasi dan menghasilkan zat berbahaya seperti radikal bebas dan lemak trans.

Zat-zat ini bisa memicu peradangan di dalam tubuh dan merusak sel-sel sehat. Selain itu, gorengan juga cenderung tinggi kalori tapi rendah nutrisi — alias bikin kenyang, tapi nggak memberi asupan gizi berarti.

Beberapa studi menunjukkan bahwa lemak trans yang banyak terdapat pada makanan goreng dapat meningkatkan kolesterol jahat (LDL) dan menurunkan kolesterol baik (HDL). Kombinasi ini berisiko besar bagi kesehatan jantung dan pembuluh darah.

1. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

Salah satu bahaya sering makan gorengan yang paling serius adalah meningkatnya risiko penyakit jantung. Lemak trans dan minyak jenuh dalam gorengan bisa menyumbat arteri, membuat aliran darah tidak lancar, dan meningkatkan tekanan darah.

Kalau hal ini dibiarkan terus menerus, kolesterol bisa menumpuk di dinding pembuluh darah dan menyebabkan aterosklerosis — kondisi di mana pembuluh darah mengeras dan mempersempit aliran darah ke jantung.

Jadi, kalau kamu sering makan gorengan sambil duduk lama tanpa aktivitas fisik, risikonya bisa berlipat ganda.

2. Menyebabkan Kenaikan Berat Badan

Nggak bisa dipungkiri, gorengan adalah calorie bomb. Sekali makan dua atau tiga potong saja, kalori yang masuk bisa melebihi satu porsi nasi lengkap.

Minyak goreng menyerap banyak lemak, dan ketika kamu mengonsumsinya berlebihan, tubuh akan menyimpan kelebihan energi itu dalam bentuk lemak tubuh — terutama di area perut.

Berat badan naik pelan-pelan memang terlihat sepele di awal, tapi kalau dibiarkan, bisa berujung pada obesitas dan berbagai komplikasi kesehatan lainnya seperti diabetes dan hipertensi.

3. Memicu Peradangan dalam Tubuh

Gorengan mengandung radikal bebas yang terbentuk dari proses penggorengan suhu tinggi. Radikal bebas ini bisa merusak sel dan jaringan tubuh, memicu peradangan kronis, dan mempercepat proses penuaan.

Kondisi peradangan ini juga menjadi akar dari banyak penyakit modern seperti kanker, artritis, bahkan gangguan autoimun.

Selain itu, gorengan seringkali dikonsumsi bersamaan dengan saus tinggi gula atau garam — kombinasi yang semakin memperburuk kondisi tubuh. Jadi, bukan cuma minyaknya yang berbahaya, tapi juga “teman makanannya.”

4. Menurunkan Kualitas Pencernaan

Pernah merasa perut begah atau mual setelah makan gorengan? Itu karena makanan berminyak sulit dicerna tubuh. Minyak berlebih bisa memperlambat proses pencernaan dan menyebabkan gas menumpuk di lambung.

Selain itu, gorengan juga bisa memicu asam lambung naik (GERD) karena meningkatkan tekanan pada perut bagian bawah. Kalau kamu punya riwayat maag, kebiasaan makan gorengan bisa memperparah gejalanya.

Sistem pencernaan butuh waktu lama untuk memecah lemak dari gorengan, jadi nggak heran kalau kamu sering merasa “penuh” lebih lama setelah makan makanan jenis ini.

Baca Juga: Rekomendasi Suplemen Penambah Berat Badan yang Aman dan Efektif

5. Meningkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Terlalu sering makan gorengan juga bisa memengaruhi kadar gula darah. Kok bisa? Karena makanan tinggi lemak jenuh membuat sel tubuh lebih resisten terhadap insulin — hormon yang bertugas mengatur kadar gula dalam darah.

Kondisi ini dikenal dengan istilah resistensi insulin, dan merupakan langkah awal menuju diabetes tipe 2.

Apalagi kalau gorengan dikonsumsi bersama minuman manis atau nasi putih, efeknya makin parah. Kombinasi karbohidrat sederhana dan lemak jenuh bisa bikin kadar gula darah melonjak tajam.

6. Menyebabkan Masalah Kulit

Nggak cuma dari dalam, efek bahaya sering makan gorengan juga bisa kelihatan di luar — tepatnya di kulit. Kandungan minyak dan lemak jenuh bisa meningkatkan produksi sebum (minyak alami kulit), yang kemudian menyumbat pori-pori dan memicu jerawat.

Selain jerawat, kebiasaan makan makanan berminyak juga bisa bikin kulit tampak kusam dan tidak segar karena aliran darah tidak optimal akibat penumpukan lemak.

Jadi kalau kamu merasa wajah sering berminyak berlebihan atau jerawatan padahal sudah rajin cuci muka, bisa jadi penyebabnya justru dari makanan yang kamu konsumsi.

7. Memengaruhi Kesehatan Otak

Jarang disadari, gorengan ternyata juga bisa memengaruhi fungsi otak. Lemak trans dalam makanan goreng dapat menghambat aliran darah ke otak, mengurangi konsentrasi, bahkan berpotensi menurunkan daya ingat dalam jangka panjang.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang sering mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kognitif di usia tua.

Selain itu, makanan seperti gorengan juga bisa memengaruhi kadar hormon serotonin yang berperan penting dalam suasana hati. Maka nggak heran kalau kebiasaan makan gorengan berlebihan bisa membuat mood jadi cepat berubah atau bahkan menurun.

8. Gorengan dan Kanker: Hubungan yang Perlu Diwaspadai

Ini mungkin bagian paling menakutkan dari bahaya sering makan gorengan. Proses penggorengan dengan suhu tinggi (terutama di atas 180°C) bisa menghasilkan senyawa berbahaya bernama akrilamida.

Akrilamida terbentuk dari reaksi antara asam amino dan gula saat makanan digoreng terlalu lama. Zat ini dikenal bersifat karsinogenik — artinya dapat memicu pertumbuhan sel kanker.

Makanan seperti kentang goreng, ayam goreng, atau camilan renyah lainnya punya risiko tinggi mengandung senyawa ini, apalagi jika digoreng sampai cokelat gelap.

9. Tips Mengurangi Kebiasaan Makan Gorengan

Menghindari gorengan sepenuhnya mungkin sulit, apalagi kalau sudah jadi bagian dari kebiasaan harian. Tapi kamu bisa menguranginya secara bertahap dengan beberapa cara berikut:

  1. Batasi frekuensi. Coba konsumsi maksimal 1–2 kali seminggu.

  2. Gunakan minyak baru. Jangan gunakan minyak bekas berulang kali karena mengandung zat berbahaya.

  3. Tiriskan minyak berlebih. Gunakan tisu dapur untuk menyerap sisa minyak pada makanan.

  4. Pilih metode memasak lain. Coba teknik air fryer, panggang, atau rebus sebagai alternatif yang lebih sehat.

  5. Kombinasikan dengan sayur atau buah. Serat dari sayuran membantu menetralkan lemak dan memperlancar pencernaan.

  6. Minum air putih cukup. Ini membantu tubuh mengeluarkan sisa lemak dan racun lebih cepat.

10. Saatnya Dengar Tubuhmu

Tubuh sebenarnya sering memberi tanda kalau kamu terlalu banyak makan gorengan: pencernaan nggak nyaman, jerawat muncul, atau cepat lelah. Tapi karena sudah terbiasa, kita sering mengabaikannya.

Menikmati gorengan sesekali tentu nggak masalah, tapi menjadikannya kebiasaan harian jelas berbahaya. Ingat, rasa gurih dan renyah cuma bertahan di lidah sebentar, tapi efeknya di tubuh bisa terasa lama.

Powered by WordPress & Theme by Anders Norén